Ada pandangan berbeda ketika aku menginjak kota Malang. Kota nan asri, hijao ,bersih dan banyak taman-taman disetiap sudutnya Sudah 10 tahun lebih aku ga menginjak kota malang, tepatnya tahun 1994 . Namun secara umum tidak ada yang berebeda dan tetap konsisten untuk mempertahankan pelestarian lingkungan, walau hanya taman-taman kecil nan cantik.
Wajah kota Malang tidak hanya di poles dengan berdirinya Mall mall baru, tapi ada penyeimbang diantara keduanya, sehingga yang terjadi bisa kita lihat perpaduan kota moderen dengan tidak mengabaikan penataan kota yang masih bersahabat dengan lingkungan.
Namun anda akan kaget dan berbeda ketika menginjak pemandangan kota-kota lainnya. Hampir semua kota-kota di Indonesia ,kurang memikirkan aspek pelestarian lingkungan dalam menata kotanya. Semua -sekali lagi- atas nama RTRW, bangunan-bangunan taman justru di bongkar.
Simak saja di kota Semarang,dulu samping hotel Siliwangi ada taman sebagai ruang publik dan resapan air namun sekarang sudah menjadi bagian perluasan hotel tersebut. Ga tahu prosesnya bagaimana, tapi yang jelas ada sisi yang "hilang" dari potret kebijakan pelestarian kota. Apalgi ide gubernur Suwardi saat itu yang akan menjadikan "Taman KB" sebuah bangunan megah..merupakan bukti keberpihakan Pemerintah terhadap lingkungan rendah...untungnya ide tersebut di "tolak" mentah2 oleh masyarakat.
Dulu ada Walikota Gila Taman alias WAGIMAN di era Sutrisno Suharto dimana instruksinya tiap warga harus menyediakan taman...tapi entah sekarang juga hangus kebijakan itu...kini semarang ta seindah dulu...gersang...panaz...
Di kota Purwokerto juga ada ruang publik hijau menjadi peruntukan bagi bisnis, di Slawi juga ada Daerah aliran sungai(DAS) yang sejak saya kecil itu adalah DAS tapi di papras/disulap habis menjadi bagian pabrik teh ternama di kota Slawi. Wualah..wualllahhhh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar